top of page

Penerapan & Penggunaan Dana ARTANAS

 

Pabrik Pengemasan Tomat & Tomat Botolan

 

Bertahun-tahun kita memperhatikan petani tomat yang berada di kawasan Puncak, setiap tahun mereka selalu menghadapi masalah yang sama tanpa ada yang perduli. Masalah utama dikala panen disaat itu, harga jual tomat segar ditempat itu sangat murah, nilai jualnya cuma 10% bila dibandingkan dengan harga dipasar tradisional di Jakarta, apalagi kalau dibandingkan dengan di super market.

 

Masih ada masalah lain yaitu 15 sampai 30% dari hasil panen tersebut dibuang ke tong sampah, ini dikarenakan saat panen para petani mengupah tukang petik yang dibayar berdasarkan berapa keranjang yang bisa dipetik. Sehingga mereka tidak pandang bulu apakah itu masih mentah, terlalu masak atau yang ranum semua dipetik dan dicampur jadi satu.

Memang petani masih bisa mendapat sedikit kelebihan dari hasil panennya tetapi tidak ada kemajuan, masalah ini terus menerus terjadi bertahun-tahun tanpa ada yang berminat merubah nasib mereka.

 

Untuk merubah cara bertani tradisional seperti diatas menjadi pertanian yang modern memang diperlukan dana yang cukup besar. Disinilah peranan ARTANAS sangat diperlukan yaitu  sebagai sebuah badan hukun yang berani berkorban untuk kemajuan para petani dengan cara sebagai berikut :

1. Didata ada berapa banyak petani tomat di daerah tersebut dan berapa luas lahan pertaniannya.

2. Mengajak mereka menyatukan usahanya dalam bentuk sebuah badan hukum.

3. Diusahakan luas lahan para petani total 1000 Ha, bila tidak pihak ARTANAS harus mengusahakan agar genap menjadi 1000 Ha. Karena jumlah tersebut merupakan perhitungan minimum untuk didirikannya sebuah pabrik pengemasan dan sekaligus juga pabrik Tomat Botolan.

4. Didirikan pabrik tersebut diatas dengan komposisi saham untuk ARTANAS 10% (mengeluarkan modal dan manajemen), 20% untuk para penabung ( mengeluarkan modal) dan untuk para petani 70% (mengeluarkan tenaga dan lahan).

5. Mengatur siklus penanaman agar tidak terjadi satu saat hasil melimpah tetapi pada saat yang lain terjadi kekurangan suplai.

6. Tomat yang segar dikemas dengan baik agar dapat langsung dipasarkan ke pasar tradisional maupun ke super market. Tomat yang kurang segar, yang ditolak pembeli atau retur dibuat bahan baku tomat botolan sehingga tidak ada lagi yang tersisa.

7. Menyekolahkan anak-anak petani yang bergabung ke sekolah kejuruan khusus masalah tomat. Baik itu pengetahuan mengenai tanaman tomat, teknologi pabrik, pemasaran dan sebagainya. Apabila mereka sudah menamatkan pelajarannya dapat langsung kerja dalam bidang masing-masing di pabrik tomat tersebut. Pabrik  akan berhasil apabila setiap orang yang bekerja didalamnya mempunyai rasa ikut memiliki.

 

Keuntungan yang dihasilkan diutamakan untuk pengembalian modal, setelah lunas baru secara perlahan manajemen pabrik tersebut dilepas oleh pihak ARTANAS. Apabila modal cepat kembali maka dana dapat digunakan untuk membiayai proyek pertanian yang lain.

Dengan cara diatas ada peningkatan taraf hidup bagi para petani tersebut untuk bertahan di dalam globalisasi.

 

© 2014 by PT. Artanas Saldo Abadi. Proudly created with CATFIZ

  • Facebook Round
  • Twitter Round
  • Google Round
bottom of page